Senin, 30 November 2009

Pembatik Wanita GO INTERNASIONAL


Anita Kusumawati, perajin batik asal Taman, Sidoarjo, go international. Setelah menggelar pameran di Jepang, awal 2004, kini ia diundang ke Spanyol.

Oleh Lambertus L. Hurek

Belum lama ini Anita Kusumawati menggelar pameran dan demo batik di Hotel Shangri-La dan Hotel Majapahit Surabaya. Anita menampilkan garapan-garapan khasnya berupa batik kayu. Mulai dari asbak, pigura, boneka, hiasan dinding, hingga perlengkapan rumah tangga lainnya.

Dia juga menggarap batik konvesional, tapi fokusnya lebih ke batik kayu. "Saya ingin menampilkan batik yang unik. Kalau batik kayu kan bisa dipakai untuk suvenir bagi para ekspatriat dan turis asing," kata Anita Kusumawati kepada saya.

Sejak lima tahun terakhir, Anita memang sering menggelar demo dan pameran di hotel berbintang semacam Shangri-La dan Majapahit di Surabaya. Ternyata, sambutan para ekspat, turis, tamu, serta pengusaha yang kebetulan berada di hotel tersebut sangat bagus.

Mereka tak sekadar melihat batik-batik kayu made in Sidoarjo, tapi juga mengorek informasi lebih banyak dari sumber pertama. Mereka meminta anak buah Anita melakukan demo di tempat. Anita pun harus membeberkan proses pembuatan batik hingga hasil akhir.

"Bagi orang luar (negeri), seni batik kita sangat unik dan eksotis. Itu yang membuat mereka tertarik," ujar sarjana teknik ini.

Nah, dari pameran di hotel bintang lima, Anita bertemu dengan penggemar seni batik asal Jepang. Namanya Ayasato. Mereka diskusi intensif. Lalu, Anita diminta menggelar pameran selama 35 hari di Jepang. Semua biaya ditanggung warga Jepang yang gandrung batik tulis Nusantara itu.

"Mungkin baru pertama kali itu ada seniman batik Indonesia yang menggelar pameran selama satu bulan lebih di Jepang," katanya, bangga.

Ada tujuh kota yang dijelajahi Anita selama di Jepang. Yakni, Kyoto, Kyushu, Nagasaki, Saetama, Osaka, Kobe, dan Tokyo. Pameran, sekaligus workshop di Jepang ini, tak lepas dari peranan Ayasato, warga Jepang yang sudah dianggap Anita sebagai orang tuanya sendiri. Luar biasa!

Rencana demo batik di Spanyol pun hampir sama prosesnya dengan pameran di Jepang pada 2004 lalu. Vittoria, warga Spanyol, ternyata tertarik melihat produk-produk batik Anita saat pameran di Surabaya. Perempuan itu bahkan belajar secara khusus di rumah Anita, kawasan Sepanjang, Kecamatan Taman, Sidoarjo.

"Dia sampai tiga kali belajar langsung di rumah saya. Dia serius sekali," kata Anita, pemilik Kusuma Art & Collection, Jalan Raya Kalijaten, Sepanjang, itu.

Vittoria ternyata pencinta seni eksotik. Ia pun meminta Anita Kusumawati agar bersedia melakukan demo dan pameran di Spanyol. "Saya bersyukur karena orang asing sangat mengapresiasi produk-produk saya," kata Anita Kusumawati.

Anita Kusumawati juga pernah ikut Indo-Expo diMalaysia. Minat masyarakat negara jiran itu pada batik Indonesia ternyata cukup besar.


Pameran bersama beberapa pengusaha Indonesia itu berlangsung di ibukota Malaysia, Kuala Lumpur. Anita merupakan satu-satunya perajin asal Jawa Timur yang dilibatkan dalam rombongan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Indonesia.

"Mungkin karena sering pameran di hotel berbintang, banyak yang mengenal saya. Saya kemudian diajak gabung ke Malaysia," cerita Anita kepada saya.

Sayang sekali, di Kuala Lumpur Anita melihat kinerja panitia penyelenggara kurang menggembirakan. Kurang promosi. "Saya tanya orang-orang Malaysia, mereka ternyata tidak banyak tahu tentang Indo-Expo," kenang alumnus Universitas 17 Agustus, Surabaya, itu.

Anita tak kehilangan akal. Ia langsung menghubungi beberapa pengusaha Malaysia yang pernah bertemu dengannya di Surabaya. "Kenalan saya itu datang mengajak teman-temannya ke pameran. Jadinya ramai sekali."

Orang-orang Malaysia rupanya kagum melihat seni batik tulis Indonesia yang sederhana namun antik. Apalagi, seni batik ini bisa diterapkan di medium apa saja: kayu, tempurung kelapa, wayang, boneka, mug, hiasan dinding, dan seterusnya. Meski Malaysia tergolong bangsa serumpun Indonesia, seni batik tulis kurang dikenal di sana.

Tak heran, ketika Anita Kusumawati menggelar demo membatik di arena ekspo pengunjung ramai-ramai menyaksikan. Mirip atraksi hiburan saja. "Mereka juga banyak bertanya tentang proses serta berbagai hal seputar batik tulis," urai Anita.

Untung saja, bahasa Malaysia mirip bahasa Indonesia sehingga Anita bisa menjelaskan seni batik khas Indonesia ini dengan lancar. Hasil apa yang paling dirasakan setelah ikut pameran tiga hari di Kuala Lumpur? “Relasi lebih luas.”

Di era perdagangan bebas ini, tandas Anita, jaringan global sangat penting. Bisa saja komoditas kita terkenal di dalam negeri, tapi tanpa relasi yang kuat sulit bagi kita menembus pasar global. "Terus terang saja, kelemahan kita selama ini karena persoalan network."

Anita Kusumawati termasuk tipe pengusaha yang mengandalkan relasi secara informal. Hampir semua relasi di luar negeri--umumnya diperoleh setelah menggelar pameran di hotel berbintang--punya hubungan khusus dengan Anita. "Mereka seperti keluarga saya sendiri," jelasnya.

Dan Anita selalu memelihara hubungan baik itu sampai kapan pun. Berkat 'relasi kekeluargaan' itu pula, Anita bisa jalan-jalan ke berbagai negara sambil mempromosikan produk batiknya.




Batik Indonesia is a country which has different culture and traditional art in each region. Batik is one of traditional art from Java. Batik Jogja made from fabric that paint with a melting wax, “canting” (tool to paint), “Anglo” (stove to melting a wax). Indonesia has three popular batik in Java, there are; Batik Solo, Batik Pekalongan, and Batik Jogja. This picture is Batik from Jogja. This picture tells about a woman whose painting Batik Jogja. Batik Jogja has uniquely, it tendency to combine a number of large geometric motif. The colors of Batik Jogja dominate with brown, black, and white colors.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar