Senin, 07 Desember 2009

BEAUTY IS PAIN!! >> Anorexia the way to be a tiny??



















Is Calorie Restriction Really Different From Anorexia?
By Kate TaylorPosted Monday, April 23, 2007.

Forget everything you've ever heard about anorexia. It turns out starving yourself is healthy.


So, at least, one might conclude from recent articles (here, here, and here) about calorie restriction, which studies have shown to extend the lives of animals like monkeys and mice and which is now being tested with humans. The mechanism by which calorie restriction slows aging in animals isn't yet understood. But it seems to depend on these basic mechanics: When you eat less than you need, your metabolism slows down. Your heart rate ebbs, your temperature drops. It's an evolutionary response meant to help us survive during famines (and it explains why some dieters have such difficulty losing weight).
As a former anorexic, I've found it strange to hear scientists hail low metabolism—a central feature of that disease—as a sign of health and potential longevity. When I was being treated, my doctors invoked my low metabolism as a catchall for the physical damage I was doing. My low heart rate, amenorrhea (the loss of my period), and the goose bumps I got in 70-degree weather were all signs of illness. So, how can something that is a symptom of disease in one person be a marker of good health in another?

Senin, 30 November 2009

REKOR MURI : Pegelaran Wayang Oleh Dalang Wanita

Gebyar Dalang Masuk Rekor Dunia
image


Solo,CyberNews. Gebyar Dalang Lintas Generasi yang digelar LPP RRI Surakarta dinyatakan sebagai rekor dunia oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri). Rekor itu untuk pergelaran yang diikuti 41 dalang dengan menyajikan bermacam jenis wayang dan bentuk pakeliran. Pergelaran itu sendiri berlangsung selama tiga hari.

Penghargaan sebagai rekor dunia diserahkan Manajer Muri, Sri Widayati kepada Saraswati SA Kepala LPP RRI Surakarta selaku penyelenggara, Siti Saraswulan selaku ketua panitia dan Pemkot Surakarta sebagai pendukung pergelaran tersebut. Menurut Sri Widayati, Muri memang sudah mencatat sejumlah rekor untuk pergelaran wayang kulit.

Dalang Wanita Lintas Generasi di RRI Surakarta ini merupakan rekor dunia yang tercatat dengan nomor 4340 sebagai rekor dunia.
Dalang wanita tersebut adalah Ni Titah, Ni Kenik Asmorowati S.Sn, Ni Paksi Rukmawati, Nyi Sri Wulan Panjang Mas, Nyi Sofiah Peni Carita) Kegiatan berlangsung di Semarang pada tanggal 09 September 2007.

Pergelaran untuk menyambut HUT Ke-65 RRI itu diikuti oleh 39 dalang dari empat generasi yaitu dewasa, muda, remaja dan anak-anak.





Wayang or Leather Puppet is kind of traditional art from Indonesia, especially Java. Leather puppet Indonesia get award from UNESCO as heritage of the world. Leather puppet made from selection leather of Cow. It needs a long time to make a leather puppet, because it takes complicated ways. A long time ago, people’s in java used leather puppet for kind a tool to delivered some fairytale, but now people are also use leather puppet as a gift, display, handicraft, etc. The most important thing in leather puppet Indonesia is picture, because in every picture on leather puppet has own history characteristic.

Indonesia delegates,
Hedhy Kurnianti
Miss Indonesia Earth 2008

Pembatik Wanita GO INTERNASIONAL


Anita Kusumawati, perajin batik asal Taman, Sidoarjo, go international. Setelah menggelar pameran di Jepang, awal 2004, kini ia diundang ke Spanyol.

Oleh Lambertus L. Hurek

Belum lama ini Anita Kusumawati menggelar pameran dan demo batik di Hotel Shangri-La dan Hotel Majapahit Surabaya. Anita menampilkan garapan-garapan khasnya berupa batik kayu. Mulai dari asbak, pigura, boneka, hiasan dinding, hingga perlengkapan rumah tangga lainnya.

Dia juga menggarap batik konvesional, tapi fokusnya lebih ke batik kayu. "Saya ingin menampilkan batik yang unik. Kalau batik kayu kan bisa dipakai untuk suvenir bagi para ekspatriat dan turis asing," kata Anita Kusumawati kepada saya.

Sejak lima tahun terakhir, Anita memang sering menggelar demo dan pameran di hotel berbintang semacam Shangri-La dan Majapahit di Surabaya. Ternyata, sambutan para ekspat, turis, tamu, serta pengusaha yang kebetulan berada di hotel tersebut sangat bagus.

Mereka tak sekadar melihat batik-batik kayu made in Sidoarjo, tapi juga mengorek informasi lebih banyak dari sumber pertama. Mereka meminta anak buah Anita melakukan demo di tempat. Anita pun harus membeberkan proses pembuatan batik hingga hasil akhir.

"Bagi orang luar (negeri), seni batik kita sangat unik dan eksotis. Itu yang membuat mereka tertarik," ujar sarjana teknik ini.

Nah, dari pameran di hotel bintang lima, Anita bertemu dengan penggemar seni batik asal Jepang. Namanya Ayasato. Mereka diskusi intensif. Lalu, Anita diminta menggelar pameran selama 35 hari di Jepang. Semua biaya ditanggung warga Jepang yang gandrung batik tulis Nusantara itu.

"Mungkin baru pertama kali itu ada seniman batik Indonesia yang menggelar pameran selama satu bulan lebih di Jepang," katanya, bangga.

Ada tujuh kota yang dijelajahi Anita selama di Jepang. Yakni, Kyoto, Kyushu, Nagasaki, Saetama, Osaka, Kobe, dan Tokyo. Pameran, sekaligus workshop di Jepang ini, tak lepas dari peranan Ayasato, warga Jepang yang sudah dianggap Anita sebagai orang tuanya sendiri. Luar biasa!

Rencana demo batik di Spanyol pun hampir sama prosesnya dengan pameran di Jepang pada 2004 lalu. Vittoria, warga Spanyol, ternyata tertarik melihat produk-produk batik Anita saat pameran di Surabaya. Perempuan itu bahkan belajar secara khusus di rumah Anita, kawasan Sepanjang, Kecamatan Taman, Sidoarjo.

"Dia sampai tiga kali belajar langsung di rumah saya. Dia serius sekali," kata Anita, pemilik Kusuma Art & Collection, Jalan Raya Kalijaten, Sepanjang, itu.

Vittoria ternyata pencinta seni eksotik. Ia pun meminta Anita Kusumawati agar bersedia melakukan demo dan pameran di Spanyol. "Saya bersyukur karena orang asing sangat mengapresiasi produk-produk saya," kata Anita Kusumawati.

Anita Kusumawati juga pernah ikut Indo-Expo diMalaysia. Minat masyarakat negara jiran itu pada batik Indonesia ternyata cukup besar.


Pameran bersama beberapa pengusaha Indonesia itu berlangsung di ibukota Malaysia, Kuala Lumpur. Anita merupakan satu-satunya perajin asal Jawa Timur yang dilibatkan dalam rombongan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Indonesia.

"Mungkin karena sering pameran di hotel berbintang, banyak yang mengenal saya. Saya kemudian diajak gabung ke Malaysia," cerita Anita kepada saya.

Sayang sekali, di Kuala Lumpur Anita melihat kinerja panitia penyelenggara kurang menggembirakan. Kurang promosi. "Saya tanya orang-orang Malaysia, mereka ternyata tidak banyak tahu tentang Indo-Expo," kenang alumnus Universitas 17 Agustus, Surabaya, itu.

Anita tak kehilangan akal. Ia langsung menghubungi beberapa pengusaha Malaysia yang pernah bertemu dengannya di Surabaya. "Kenalan saya itu datang mengajak teman-temannya ke pameran. Jadinya ramai sekali."

Orang-orang Malaysia rupanya kagum melihat seni batik tulis Indonesia yang sederhana namun antik. Apalagi, seni batik ini bisa diterapkan di medium apa saja: kayu, tempurung kelapa, wayang, boneka, mug, hiasan dinding, dan seterusnya. Meski Malaysia tergolong bangsa serumpun Indonesia, seni batik tulis kurang dikenal di sana.

Tak heran, ketika Anita Kusumawati menggelar demo membatik di arena ekspo pengunjung ramai-ramai menyaksikan. Mirip atraksi hiburan saja. "Mereka juga banyak bertanya tentang proses serta berbagai hal seputar batik tulis," urai Anita.

Untung saja, bahasa Malaysia mirip bahasa Indonesia sehingga Anita bisa menjelaskan seni batik khas Indonesia ini dengan lancar. Hasil apa yang paling dirasakan setelah ikut pameran tiga hari di Kuala Lumpur? “Relasi lebih luas.”

Di era perdagangan bebas ini, tandas Anita, jaringan global sangat penting. Bisa saja komoditas kita terkenal di dalam negeri, tapi tanpa relasi yang kuat sulit bagi kita menembus pasar global. "Terus terang saja, kelemahan kita selama ini karena persoalan network."

Anita Kusumawati termasuk tipe pengusaha yang mengandalkan relasi secara informal. Hampir semua relasi di luar negeri--umumnya diperoleh setelah menggelar pameran di hotel berbintang--punya hubungan khusus dengan Anita. "Mereka seperti keluarga saya sendiri," jelasnya.

Dan Anita selalu memelihara hubungan baik itu sampai kapan pun. Berkat 'relasi kekeluargaan' itu pula, Anita bisa jalan-jalan ke berbagai negara sambil mempromosikan produk batiknya.




Batik Indonesia is a country which has different culture and traditional art in each region. Batik is one of traditional art from Java. Batik Jogja made from fabric that paint with a melting wax, “canting” (tool to paint), “Anglo” (stove to melting a wax). Indonesia has three popular batik in Java, there are; Batik Solo, Batik Pekalongan, and Batik Jogja. This picture is Batik from Jogja. This picture tells about a woman whose painting Batik Jogja. Batik Jogja has uniquely, it tendency to combine a number of large geometric motif. The colors of Batik Jogja dominate with brown, black, and white colors.